Top Ads


Road Race-Isra Mikraj-HUT Kota Siantar, Sebuah Refleksi menuju (Rekonsiliasi)


Ilustrasi. (foto : redesigned hetanews.com)


Bulan April punya makna dan catatan penting dalam menjalani kehidupan sepanjang bulan ini yang hanya beberapa hari lagi untuk dilewatkan hingga masuk kepada bulan yang baru. Di antara hari-hari penting tersebut, selain hari bumi dan hari buku secara beruntun,  tiba di hari ini diperingati hari Isra Mikraj dan HUT Kota Siantar ke 146.

Polemik sebuah event olahraga belum lama ini bertajuk “Siantar Road Race 2017” masih belum lekang dalam ingatan kita bahwa akibat dari tidak cermatnya penyelenggara untuk menentukan waktu pelaksanaannya yang bertepatan di hari yang sama adalah peringatan hari Paskah bagi umat kristiani, ditambah lagi soal tempat yang digunakan tidak kondusif dan tepat, hingga kini masih jauh dari informasi bahwasanya ada momentum untuk melakukan rekonsiliasi (upaya untuk memulihkan kepada keadaan semula,red) terhadap polemik tersebut.
Hari ini, umat Islam memperigati hari besar keagamaan Isra Mikraj, hari di mana lewat peristiwa inilah Nabi Muhammad mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam (baca-Wikipedia) sebagai salah satu tanggal penting dalam kalender Islam. Tentu memeringatinya disertai dengan pelaksanaan ibadah dengan kekhusukan umat Islam di mana pun berada, merefleksikan diri bagaimana sosok Nabi Muhammad mengajarkan sesuatu yang bernilai dan punya ketaatan menjalankan ibadahnya yang kemudian menjadi kewajiban hingga kini melakukan sembahyang atau salat yang dikenal dengan “Salat lima waktu”.
Kota Siantar yang sedari awal keberadaannya sebagai kota yang dipenuhi dengan masyarakatnya yang heterogen, selain ragam budaya, juga punya ragam agama dan keyakinan. Itu sebabnya, kota ini juga mendapat predikat bahwa kota Siantar disebut sebagai kota yang tingkat toleransinya tergolong tinggi.
Namun sangat disayangkan, jika beberapa waktu lalu digelarnya event road race bisa dikatakan sedikit menciderai keberagaman antarumat di kota ini. Mengacu pada catatan redaksi Hetanews, bahwa tidak hanya masyarakat saja yang mengalami kegalauan, tapi juga beberapa tokoh agama dan organisasi juga harus angkat bicara memberi tanggapan dan solusi yang arif agar supaya pelaksanaan road race sebaiknya direlokasi ke tempat yang jauh lebih kondusif dan kemudian harapan besar dari masyarakat meminta agar pimpinan daerah kota ini segera melakukan rekonsiliasi sebagai bentuk dari permintaan maaf, notabene kepada tokoh-tokoh agama akan polemik yang timbul tersebut.
24 April diperingati sebagai hari Isra Mikraj dan juga HUT Kota Siantar yang ke 146, sebaiknya dijalani sebagai hari untuk mereflesikan dalam diri, apakah segala tindak tanduk melalui kebijakan yang ada sudah menjadi sentuhan lembut di hati masyarakat Siantar? Bertepatan dengan HUT kota ini, adalah baik jika Pemko Siantar sebagai regulator bagi masyaratnya mengambil langkah-langkah yang konstruktif dan melakukan rekonsiliasi kepada beberapa perwakilan tokoh agama di Siantar ini.
Jangan ada lagi pengecualian terhadap siapa pun. Baik itu kelompok maupun golongan. Semua sama kedudukannya. Tegakkan perda yang ada di kota ini demi terwujudnya kota Siantar yang toleran dan berkeadilan sosial, maju, mantab dan jaya. Semoga hari ini, dalam peringatan hari Isra Mikraj dan HUT Kota Siantar yang ke 146, semua kita memperoleh hidayah dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Penulis: tim. Editor: abn.



Sumber: www.hetanews.com
24 April 2017

Posting Komentar

0 Komentar