Lamhot Sitorus (Ketua Umum GOA)/Istimewa


Salah satu perintah Tuhan yang tersirat dalam Kitab Kejadian adalah Kuasai dan Peliharalah Bumi! Demikian penggalan ayat Firman Tuhan yang lazim kita dengar sebagai seorang Kristiani sejak Sekolah Minggu hingga dewasa. 



Memahami dan menjalankan Firmannya bagi seorang Lamhot Sitorus salah satunya dengan menjaga dan melestarikan Lingkungan Hidup. Hal ini yang mendasari kenapa ia sampai rela meninggalkan zona nyamannya selama ini ketika bergerak dalam sebuah lembaga pendidikan yang ia rintis dan cukup sukses di kala itu di Kota sejuk Pematangsiantar.

Pria kelahiran 44 tahun lalu ini mengaku kepada awak media Mitra Indonesia di kantornya Jalan Nias, Kelurahan Toba, Kecamatan Siantar Selatan, Kota Pematangsiantar bahwa sebagai seorang yang mengaku “Kristen” seharusnya peduli akan kelestarian alam karena dengan begitulah kita sudah ikut melakukan salah satu Firman Tuhan yakni Kuasai dan Peliharalah Bumi!, terang Lamhot. NGO (Non Government Organization) yang saya dirikan dengan nama GOA (Generation of Action) merupakan sebuah panggilan bagi saya untuk mencintai dan menjaga lingkungan kita khususnya di daerah Siantar-Simalungun ini. 

Tepat 20 Maret yang lalu sekaligus memperingai Hari Kehutanan Sedunia, GOA genap berusia 4 tahun. Saya meninggalkan zona nyaman saya yang mana selama ini saya mengelola sebuah Lembaga Pendidikan Bahasa Inggris yang kala itu cukup sukses. Namun kami harus rela meninggalkan itu demi sebuah panggilan melaui sebuah NGO yang bernama GOA (Generation of Action) yang bergerak dalam bidang Lingkungan Hidup. Bersama istri saya Hanna Silalahi suka-duka harus kami alami bersama bagaimana kami harus senantiasa memberikan edukasi dan penyuluhan ke masyarakat Siantar-Simalungun agar menjaga dan mencintai lingkungan. Wujud nyata yang dibuat salah satunya dengan melakukan gerakan menanam pohon di tepi-tepi DAS (Daerah Aliran Sungai), di instansi-instansi dan di mana saja. Hal ini kami lakukan untuk kita bisa mendapatkan oksigen yang terbaik dan dengan begitu kesehatan menjadi bagian kita bersama, ungkapnya.

Melakukan kegiatan yang positif seperti ini tentunya tidak semulus yang dibayangkan. Terkadang masyarakat ada saja yang berprasangka buruk bahkan ada yang melecehkan tatkala kita sedang melakukan kegiatan penyuluhan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan melakukan gerakan menanam pohon. Resiko seperti itu sudah bukan hal yang aneh lagi di hadapan seorang Lamhot Markus Sitorus. Dan tantangan itu jualah yang tetap membuat mentalnya semakin kuat.

Masa lajangnya ia habiskan di Bali hingga ke Perancis. Tuhan punya kehendak lain atas saya. Suatu hari saya harus kembali ke kampung halaman di Pematangsiantar oleh karena sakit yang Tuhan ijinkan saya alami. Puji Tuhan beberapa tahun kemudian saya sembuh dan pulih dan pada akhirnya kehidupan saya seperti sekarang ini mendapatkan panggilan untuk mencintai dan melestarikan lingkungan. 

Bicara soal kinerja GOA memang sudah terdengar gaungnya di Siantar-Simalungun. Namun begitu Pemerintah belum juga memberikan dukungan yang positif akan hadirnya NGO yang bernama GOA ini. Lamhot berkeyakinan bahwa suatu hari Pemerintah akan mendukung terhadap apa yang kami kerjakan selama ini dan hingga kini. Semua kembali kepada komitmen dan kemauan saja untuk terus konsisten berbuat demi terwujudnya lingkungan yang hijau dan sehat.

Pria bertubuh tinggi besar ini juga punya pengalaman bersama para Pegiat Lingkungan Hidup Sumut lainnya seperti Wilmar Simanjorang yang telah mengembalikan segala penghargaan seperti Kalpataru beberapa waktu lalu di depan Istana Negara. Lamhot mengaku apa yang mereka lakukan sesungguhnya bentuk protes kepada Pemerintah ini yang telah melakukan pembiaran terhadap para pelaku perambah hutan. Hal yang nyata-nyata seperti yang kita saksikan di media belakangan ini seperti Hutan Tele, Samosir maupun Hutan di Dolok Silau, Simalungun. Penebangan hutan masih terus dilakukan demi kepentingan pribadi dan kelompok. Sebenarnya mereka tahu akan resiko dari pada penebangan hutan namun demi ketamakan mereka melakukan hal semacam itu.

Baru-baru ini penangkapan beberapa pelaku penebangan di dua Hutan tersebut ia syukuri dan mengapresiasi kepada aparat penegak hukum yang telah berhasil meringkus para tersangka. Sebutlah seperti di Hutan Tele pelakunya adalah PT. GDS yang mana kantornya telah disegel oleh KLH (Kementrian Lingkungan Hidup). Di zaman serba instan saat ini, manusia cenderung abai terhadap alam sekitar. Bahkan yang tragisnya kadang melawan alam itu sendiri. Sebenarnya ada banyak pengalaman nyata yang Tuhan sudah tunjukkan melalui kejadian bencana alam seperti bencana banjir, tanah longsor hingga tsunami. Namun adanya kejadian tersebut ada banyak orang yang kurang tanggap terhadap situasi. Oleh karenanya harapan dengan hadirnya GOA di Siantar-Simalungun ini biarlah kami boleh menjadi berkat bagi orang-orang di sekeliling kami, tegas Lamhot.

Pria yang punya anak semata wayang ini terkadang harus meninggalkan istri dan anak, tatkala turun ke hutan untuk memantau mau pun melakukan penanaman pohon. Bersyukurnya ia punya istri yang sangat mendukung akan pelayanan yang Lamhot kerjakan. Bahkan sesekali istri dan anaknya ia boyong ke hutan untuk ikut juga menyaksikan alam yang Tuhan telah sediakan. Dengan melihat pasti kecintaan kita akan timbul, tutur Lamhot.

Sebagai seorang pegiat lingkungan, Lamhot tentuna tidak sendiri. Di samping Tuhan yang ia yakini bersama dia setiap waktu, ia sangat intens membangun relasi dan komunikasi dengan rekan-rekannya di luar negeri. Ada banyak motivasi dan spirit bahkan ada yang mendukung dari sisi finasial demi sesuatu gerakan yang dikerjakannya di bumi Simalungun ini. Puji Tuhan saya yakin yang menggerakkan hal tersebut tentu Tuhan yang bekerja atas mereka hingga mereka mau membantu mensupport dana demi hijaunya Indonesia kita, cerita Lamhot. Bermodalkan kemampuan berbahasa inggris adalah jembatan bagi saya untuk bisa sharing visi misi yang saya kerjakan untuk bisa saya share kepada rekan-rekan di manca negara. Bahkan Lamhot mengaku ia selama ini punya kakak angkat yang telah banyak menyemangati hidupnya untuk tetap konsisten menjaga dan melestarikan alam ini.


Harapan Lamhot Sitorus sebagai pegiat lingkungan adalah supaya masyarakat Siantar-Simalungun ikut bersama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan. Menjaga kebersihan lingkungan itu merupakan sebahagian dari iman adalah kalimat yang bisa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari di mana pun kita berada. Oleh karenanya dibutuhkan hati yang mencintai alam baru kita bisa ikut menjaga dan melestarikan alam yang telah Tuhan sudah sediakan atas kita. Lamhot juga berharap kuat akan gereja-gereja Tuhan ikut terlibat dalam mensosialisasikan akan betapa pentiungnya menjaga dan melestarikan lingkungan. "Saya percaya ketika warga gereja mau menjadi pelaku atas kelestarian lingkungan, maka alam dan bumi kita akan semakin hijau dan kita pun akan hidup sehat," ungkap Lamhot. (Abhotneo)