![]() |
| Ilustrasi. |
Oleh: Abhotneo Naibaho
Dalam konteks perikop pada nats (II Timotius 2:19-22) kita menemukan dua macam meterai pada dasar yang teguh yang diletakkan oleh Allah dalam kehidupan kita ber-Tuhan.
Pertama, “Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya”. Pernahkan kita berpikir
untuk apa kita hidup dan bagi siapa kita hidup? Pertanyaan ini tidak mudah
untuk dijawab. Tetapi sebagai orang percaya sudah seharusnya kita tahu untuk
apa dan bagi siapa kita hidup. Pertanyaan yang kedua yang harus kita ajukan
pada diri kita; sudahkah aku mengenal siapa diriku? Jawabannya pikir sendiri.
Apabila seseorang telah mengenal siapa dirinya, janganlah pernah
berpikir bahwa hanya dia sajalah yang mengenali dirinya, tidak ada yang lain.
Tentunya ada Tuhan yang lebih tahu dan lebih mengenal siapa kita oleh karena
Dia yang mencipta.
Materai yang kedua ialah, “Setiap orang yang menyebut nama Tuhan harus
meninggalkan kejahatan”. Dahulu sebelum kita kenal Tuhan, sudah barang tentu
kita merupakan orang yang pendosa, penjahat di mata Tuhan. Tetapi saai ini
setelah kita memiliki Tuhan, kita diperintahkan untuk meninggalkan setiap
kejahatan. Karena kejahatan merupakan dosa.
Paulus dalam tulisannya di surat ini (baca II Timotius) meng-analogikan
perabotan yang terdapat dalam rumah yang besar. Di dalamnya terdiri dari: emas,
perak, juga kayu dan tanah. Dari keempat unsur perabotan tersebut digambarkan
bahwa yang pertama-tama dipakai adalah untuk maksud yang mulia. Baru kemudian
yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.
Sebagai contoh, emas merupakan sesuatu yang menempati posisi barang
berharga. Disamping emas memiliki kadarnya yang tinggi, juga memiliki fungsi
yang istimewa. Itu artinya Paulus menekankan jemaat Tuhan untuk menjadi seperti
emas yang menempati posisi berharga dan memiliki fungsi yang istimewa.
Maksudnya apa? Apakah lantas setiap orang dianjurkan untuk memunyai emas atau
perak? Tentu tidak. Jikalau kita ingin menjadi perabot rumah untuk maksud yang
mulia seperti halnya emas, maka tindakan yang harus kita lakukan adalah
menyucikan diri dari hal-hal yang jahat. Inilah yang dimaksudkan Paulus apa
artinya perabot yang mulia.
Jikalau kita sudah melakukan hal tersebut, dimana kita telah menyucikan
diri dari hal-hal jahat, niscaya kita akan mendapatkan banyak manfaat.
Diantaranya; satu, ia disebut perabot rumah untuk maksud yang mulia. Kedua, ia
dikuduskan. Ketiga, ia dipandang layak untuk dipakai oleh tuannya. Dan yang
terakhir, baginya disediakan setiap pekerjaan yang mulia. (II Timotius 2:21)
Anjuran untuk menjadi perbot rumah untuk maksud yang mulia telah
diwariskan Rasul Paulus kepada rekan sekerjanya Timotius. Kita dapat melihat
bahwa kepemimpinan Paulus untuk membimbing Timotius dalam melayani perkerjaan
Tuhan. Dalam hal kekudusan, Paulus juga mengingatkan kepada Timotius untuk
menjauhi nafsu orang muda, mengejar keadilan, kasih dan damai bersama-sama
dengan orang yag berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. (II timotius
2:22).
Pertanyaannya, sudahkah kita menjadi perabot yang mulia di hadapan
Tuhan?









0 Komentar
Silakan berkomentar!