Top Ads


Catatan Redaksi : Nilai Sejarah Yang Tergerus, Lapangan Merdeka Tergantikan Sebutan Menjadi ‘Taman Bunga’

EDITORIAL

Monumen Perjuangan yang terdapat di inti Lapangan Merdeka (Taman Bunga) Siantar. (foto : dok/hetanews.com)


Mungkin tidak banyak masyarakat yang tahu jika nama Taman Bunga Kota Pematangsiantar yang sesungguhnya adalah Lapangan Merdeka. Entah siapa pencetus pertama dan kapan nama dari Lapangan Merdeka itu berganti nama sebutan dalam keseharian menjadi Taman Bunga, juga tidak diketahui, meski Plang ‘LAPANGAN MERDEKA’ terpancang tegak di dekat pintu masuk Jalan Merdeka.

“Taman Bunga”, sebutan yang lazim digunakan oleh warga masyarakat Kota Pematangsiantar manakala menyebutnya, padahal sesungguhnya nama taman tersebut adalah Lapangan Merdeka. Bukti nyatanya, paling tidak terdapat plang bertuliskan Lapangan Merdeka terpancang tegak di dekat pintu masuk taman dari sisi Jalan Merdeka.
Istilah Taman Bunga seyogianya sebuah taman yang identik dengan tanaman bunga di dalam maupun sekelilingnya. Faktanya, tidak demikian. Di dalam dan sekeliling taman (Lapangan Merdeka) jumlah tanaman bunga terbilang sedikit dibandingkan dengan tanaman jenis pohon. Belum lagi peruntukkannya yang sedikit kabur karena dipadati dengan pedagang kuliner dengan cara menggelar tikar dan bangku di sana.
Lapangan Merdeka atau yang lebih familiar dikenal dengan sebutan Taman Bunga sejatinya adalah sebuah ruang publik (public area) yang peruntukkannya adalah sebagai sarana atau fasilitas umum yang disediakan oleh Pemerintah Kota bagi publik (masyarakat). Kongkritnya adalah sebagai tempat bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas berolahraga, seperti; senam, jogging, injak batu (refleksi) dan beberapa jenis olahraga lainnya.
Menurut Perda Kota Pematangsiantar Nomor 16 Tahun 1989 tentang nama dan fungsi Lapangan Merdeka adalah sebagai tempat untuk berekreasi serta tempat senam pagi. Beberapa poin larangan yang terdapat pada Pasal 4 ayat 1, diterangkan, "Di dalam Lapangan Merdeka Kota Pematangsiantar dilarang mengadakan pertunjukan/hiburan dan berjualan dalam jenis apapun". Kemudian, pad ayat 2, berisi,"Dilarang merusak atau mencabut tanaman-tanaman yang ada di dalam Lapangan Merdeka.
Namun peruntukan yang demikian adanya, faktanya tidak lah demikian. Pemerintah Kota dalam hal ini Dinas terkait yang mengurusi pertamanan bisa dikatakan kurang berkonsentrasi untuk menatanya dengan lebih baik, idealnya dengan sebutan Taman Bunga. Di beberapa taman kecil di dalam Lapangan Merdeka, mata memandang masih saja disuguhi dengan beberapa rerumputan liar yang tidak teratur untuk dipangkas. Jenis bunga yang ada jumlahnya sangat minim, kurang berdaya tarik. Baik dari sisi warna maupun jenisnya.
Juga dari sisi nilai sejarah, persis di inti Lapangan Merdeka, berdiri kokoh sebuah Monumen Perjuangan dengan ikon Pejuang (Pahlawan) pada bagian puncaknya dengan kombinasi rumah adat batak yang kurang terawat alias kumuh. Padahal bangunan Monumen bersejarah tersebut sudah cukup lama dibangun dan hingga hari ini masih berdiri kokoh.
Lapangan Merdeka dengan nama sebenarnya yang kurang digaungkan oleh Pemeritah Kota kepada masyarakat juga menjadi sorotan media sejak beberapa tahun lalu hingga baru-baru ini bukan karena keindahan dan kenyamanannya. Justru sebaliknya, yang kerap terjadi dalam hal yang berulang-ulang, dikarenakan para pedagang tidak pernah sadar akan fungsi atau peruntukan dari taman tersebut. Regulasi Pemerintah Kota sedikit kurang konsisten untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat, dalam hal ini kepada pedagang.
Lapangan Merdeka dengan kata kedua ‘Merdeka’ menurut hemat saya adalah tidak asal diberi begitu saja. Arti kata sederhana “Merdeka” bebas, tidak terikat. Di samping memaknainya dengan ikon Pejuang yang ada di Monumen inti taman, tentu harus dihubungkan pada faktor sejarah. Saat itu, para penjajah asing bisa ditaklukkan oleh para pejuang kemerdekaan Kota Pematangsiantar dan Simalungun sehingga terbebas dan merdeka.
Esensi kata ‘Merdeka’ yang sesungguhnya tampaknya kurang dimaknai secara benar sehingga mungkin nama yang sebenarnya, yakni Lapangan Merdeka, oleh pihak Pemerintah Kota yang kurang menggaungkannya sehingga tidak terejawantahkan di masyarakat Kota Pematangsiantar. Seandainya para palaku sejarah perjuangan Kota Pematangsiantar di jamannya masih ada yang hidup hingga kini, mungkin mereka akan berkomentar.

Penulis: Abhotneo. Editor: abn.



Sumber: www.hetanews.com

Posting Komentar

0 Komentar