OPINI




Oleh: Abhotneo Naibaho

Bertahun-tahun mereka 'loyal' bagaikan seekor anjing yang setia terhadap tuannya. Sikut kiri dan kanan, menggosip rekan kerja bahkan tak jarang saling salib ketika ada durian yang hendak dipanen.



Hari ini, ceritera itu mengumandang kembali. 'TAK ADA YANG ABADI', demikian mungkin kalimat yang tepat bagi mereka-mereka para penjilat.

Si 'tukang sikat' dengan arogansinya harus mengambil kebijakan yang memang sudah mejadi tren (abuse of power) untuk memangkas para penjilat dan seterunya.

Pertanyaannya, masihkah ada yang tersisa di gedung persekongkolan itu..?? Tentu saja masih. Mereka-mereka para penjilat yang masih menyisakan jurus pamungkasnya masih saja bertahan di dalam. Namun, tinggal menunggu jadwal antrian saja untuk mereka dipangkas oleh si 'tukang sikat'.

Lalu bagaimana dengan si 'tukang sikat'?? Apakah ia berbeda dengan si para penjilat, atau mungkin saja dia yang memainkan skenario di rumah persekongkolan itu?

Jawabannya pasti YA. Demikian halnya nasib para penjilat, si 'tukang sikat' juga pasti akan mendapatkan bagiannya dari pimpinannya yang lebih tinggi lagi suatu hari kelak.

Para 'penjilat' dan si 'tukang sikat' sesungguhnya tak jauh beda. Yang membedakannya adalah status duduknya saja. Kalau si 'tukang sikat' duduk di kursi panas, sementara para 'penjilat' duduk di kursi hangat.

Pada akhirnya, antara si 'tukang sikat' dan para 'penjilat' akan bertemu di suatu warung kopi sebagai orang biasa. Entah kapan waktunya, saya sendiri tak tahu. Tapi hari-hari akan berputar dan memberi kesempatan untuk hal tersebut.