Foto: Abhotneo
Mie pangsit Awai
paling terkenal di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara. Restoran Awai
yang menyajikan mie pangsit itu adalah rumah makan yang sudah dikelola
tiga generasi secara turun temurun.
Adalah Chandra Djohan
yang akrab disapa Asiong, kini menjadi pengelola Restoran Pangsit Awai. Ia
generasi ketiga yang tetap mengandalkan resep keluarga dalam meracik mie
pangsit Awai. Awalnya bisnis ini dirintis dari usaha jualan mie pangsit
keliling yang dimulai oleh Loe Yi, kakek Asiong. Kala itu, tahun 1948, Loe Yi
meramu dan membuat mie sendiri yang dijadikan bahan dasar menu mie pangsit
Awai. Pagi hingga jelang malam, Loe Yi berkeliling Pematangsiantar gunakan
gerobak jajakan dagangannya.
Usaha itu kemudian
diteruskan oleh ibu kandung Asiong. Namun tak lagi mengandalkan gerobak,
melainkan membuka rumah makan yang sederhana. Sejak itu nama Awai digunakan
sebagai brand rumah makan mie pangsit milik keluarga Asiong. Di penghujung
tahun 2001, Asiong dipercayakan melanjutkan bisnis kuliner warisan keluarga.
Bermodalkan resep pembuatan mie, ditambah racikan khas keluarga, tahun 2002
Asiong mematenkan label Mie Pangsing Awai pada bisnisnya, Awai pun digunakan
sebagai nama restoran.
Sejak dikelola Asiong
restoran ini hanya menggunakan lantai dasar ruko miliknya. Barulah
di tahun 2009, usahanya diperluas dengan menggunakan lantai dua ruko.
Dengan konsep kafe, Asiong menghadirkan hiburan live music di restorannya. Bahkan, kelompok musik anak
muda lokal silih berganti tampil. “Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga
Pematangsiantar, terutama para remaja. Sejak itu restoran kami tak pernah sepi
dari pelanggan anak muda,” ujar Asiong.
Tak ada kata “sudah”
dalam pengembangan bisnis. Inilah prinsip Asiong menjalankan usaha warisan
keluarga. Iapun memberanikan diri ekspansi ke Medan, ibukota Sumatera Utara.
Di Medan, ia membuka
cabang di beberapa tempat. Bahkan saat ini Asiong berencana membuka cabang
Restoran Pangsit Awai di Jakarta. Bicara soal resep mie pangsit, Asiong
menggunakan bumbu-bumbu tradisional pilihan yang diraciknya sendiri. Pembuatan
mie tidak menggunakan mesin melainkan cara tradisional, yaitu dengan olahan
tangan dan peralatan berbahan kayu supaya hasilnya lebih empuk. Selain itu,
Asiong juga menggunakan olahan bawang merah dan gula aren pilihan.
Sementara untuk mengembangkan bisnisnya, Asiong berpegang teguh pada tiga
prinsip, yakni kebersihan, makanan bekualitas dan pelayanan terbaik.
Berbagai terobosan
dilakukan Asiong, misalnya menjaga kenyamanan suasana restoran dan
memberlakukan sistem kartu pelanggan. “Student member card dan Public member card. Jika pemegang kartu ini belanja seharga
Rp110.000, otomatis dapatkan diskon hingga 10 persen,” katanya. Saat Jia
Xiang Hometown bertandang ke Restoran Pangsit Awai di Pematangsiantar, Sabtu
(2/11/13), rumah makan ini dipadati pengunjung yang umumnya anak muda.
[JX/Ben/U1]
*) Artikel ini dimuat
di Majalah Jia Xiang Hometown, Edisi 22/2013.









0 Komentar
Silakan berkomentar!