Ilustrasi.


Oleh: Abhotneo Naibaho


Konon jaman Sebelum Masehi hiduplah seorang penulis yang bernama Agur. Ayahnya bernama Yake. Agur (bukan anak guru. red) namun memiliki pemikiran-pemikiran yang bijaksana. Barangkali kedisiplinannya yang membuat ia berbijaksana. Namanya memang tidak  sesohor Salomo (bapa orang bijaksana), tapi hanya satu pasal yang ia tulis, namun isi dan maknanya begitu dalam dan mengandung bijaksana. Salah satu penelitian Agur adalah tentang kepemimpinan.

Bicara soal kepemimpinan adalah pasti berhubungan dengan seorang pemimpin dan bawahan. Sebut saja dalam dunia kerja pasti di sana ada Pemimpin dan juga ada bawahan. Sebagian orang ada yang taat pada pemimpinnya. Namun bagi orang yang tidak suka diatur, maka ia akan berontak terhadap pemimpinnya. Untuk menjadi seorang pemimpin harus siap dipimpin. Mustahil ada pemimpin, entah itu pemimpin organisasi, partai hingga pemimpin satu Negara jika ia tidak mengalami bahwa ia pernah menjadi seorang bawahan yang dipimpin oleh seorang pemimpin lebih dulu. 

Di era reformasi sekarang orang sangat gampang dan cepat mengkritik seorang pemimpin tanpa ia tahu lebih dulu akar sebuah persoalan. Namun begitu kasus atau persoalan muncul di publik pasti yang disalahkan  adalah pemimpinnya. Tidak mudah menjadi seorang pemimpin! Dan jangan pernah anggap remeh untuk menjadi seorang pemimpin!

Agur mencoba belajar dari serangga yang bernama Belalang. Pada buku Amsal 30:27 ia menuliskan: “belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur”. Sebuah kalimat sederhana namun mengandung teguran. Tidak ada Raja atau pemimpin, Belalang tetap berbaris dengan rapi dan teratur. Ini adalah fakta yang harus kita teladani. Untuk melatih para anggota Paskibraka, dibutuhkan pemimpin agar tahu cara baris berbaris yang benar. Minimal dibutuhkan persiapan 2 bulan untuk tampil dengan kompak sebagai anggota pengibar bendera merah-putih tiap tahunnya pada tanggal 17 Agustus. Contoh lain untuk menjalankan sebuah sekolah pasti ada pemimpin yang namanya Kepala Sekolah.

Nah, Belalang tidak pernah memiliki seorang Raja atau pemimpin namun mereka terlihat kompak dalam berbaris. Budaya antri ternyata dijalankan oleh serangga. Bagaimana dengan kita manusia? Manusia sering melanggar apa yang disebut budaya tertib seperti budaya antri.

Agur bin Yake mengajak kita untuk bercermin kepada Belalang! Kita manusia, yang adalah ciptaan Tuhan dan dipimpin oleh Raja di atas segala raja seharusnya mau dipimpin agar supaya tercipta ketertiban, kekompakan, keharmonisan, dan masih banyak lagi faedah yang akan kita peroleh apabila kita belajar taat dan teratur. Kedepannya, niscaya kita akan sukses untuk menjadi pemimpin kalau kita mau dipimpin. Selamat dipimpin dan memimpin!