BATIK INDONESIA, Dari Keraton Hingga Rakyat Biasa
Ilustrasi
Abhotneo Naibaho*
fnews - Empat tahun yang lalu tepatnya 2 Oktober 2009 pagi hari dalam perjalanan dari rumah menuju kantor ada sesuatu yang berbeda ketika pandangan mata menatap orang-orang yang saya lintasi.
Hari Jumat memang sudah menjadi kebiasaan para pegawai maupun karyawan mengenakan batik. Tapi kali ini berbeda. Tukang parkir, mahasiswa , anak sekolah, dan orang-orang yang profesinya tidak biasa sebelumnya ikut mengenakan batik hari itu.
Memperingati Hari Batik Nasional yang keempat sekaligus Hari Batik Sedunia yang jatuh pada hari Rabu, 2 Oktober 2013, patut kita syukuri bersama sebagai rakyat Indonesia seiring perkembangan budaya yang terus berkreasi hingga ke manca negara.
Budaya berbatikria memang selama ini sudah kerap dijalankan, tetapi hanya sebatas pegawai atau karyawan di lingkungan instansi pemerintah maupun BUMN saja. Sementara Perusahaan swasta belum menyeluruh mengenakannya.
Melihat perkembangan batik masa kini ada baiknya kita menengok ke belakang sejenak bagaimana batik bisa berkembang sampai sekarang ini. Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak Abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar.
Ketika itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perubahan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya.
Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya.
Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing. Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam.
Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.
Mungkin kita sebagai masyarakat bertanya-tanya dalam hati mengapa Hari Batik Nasional baru ditetapkan sejak empat tahun yang lalu sementara batik sudah cukup lama menjadi karya anak bangsa? Tentu jawabannya adalah oleh karena kenyamanan kita sebagai bangsa Indonesia dalam hal ini pemerintah kita yang selama ini kurang tanggap untuk membuat hak paten atas salah satu produk budaya bangsa ini.
Sebut saja negara tetangga kita Malaysia yang suka ?iseng? dengan cara mengakui produk budaya negaranya padahal asli produk budaya bangsa kita. Paling tidak dengan ?keisengan? Negara tetangga kita ini hingga membuat bangsa kita resah dan cemas.
Digagasi oleh seorang Ketua Umum Partai Amanat Nasional Soetrisno Bachir (sebelum Hatta Rajasa) kala itu yang kebetulan juga seorang pengusaha batik mengusulkan kepada pemerintah agar 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional.
UNESCO sendiri mengakui bahwa batik adalah warisan budaya bangsa Indonesia. Pengakuan UNESCO tersebut disampaikan pada 28 September 2009. Dan UNESCO telah menyatakan secara resmi bahwa batik sebagai warisan budaya Indonesia pada 2 Oktober 2009 yang lalu di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Jikalau dahulu batik hanya dikenakan oleh orang-orang di lingkungan keraton atau kerajaan, kini kita sebagai masyarakat biasa pun bisa mengenakannya juga. Semoga dengan ditetapkannya 2 Oktober menjadi Hari Batik Nasional dan Internasional dapat menambah semangat kita sebagai rakyat Indonesia untuk terus berkiprah dan berkreasi lebih lagi agar budaya bangsa kita semakin memuncak hingga ke manca negara.
JAYALAH BATIK INDONESIA!!
*Penulis adalah Pencinta Batik, tinggal di Pematangsiantar
Sumber: http://formatnews.com/v1/view.php?newsid=52486









0 Komentar
Silakan berkomentar!