Arti seorang
Sahabat dan Saudara
“Friends
& Brothers”
Oleh:
Abhoneo Naibaho
Seorang
sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran
Amsal 17:17
Manusia sebagai mahluk sosial tentu tidak lepas dari
hubungan persahabatan. Sahabat pun beragam. Dari yang namanya sahabat biasa
hingga sahabat karib. Sebenarnya sejak balita kita sudah dilatih untuk
bersahabat. Biasanya ketika masih balita ada pertemuan antara ibu-ibu rumah
tangga pada saat membawa masing-masing anak mereka ke Posyandu untuk
memeriksakan kondisi pertumbuhan si anak. Nah..di sana biasanya terjadi
komunikasi antara ibu-ibu untuk mengakrabkan atau saling kenal antara balita
yang satu ke balita yang lain. Sebutlah ibu yang satu menanyakan kepada ibu
yang lain berapa berat si balita usai ditimbang. Awal komunikasi atau
perkenalan sebagai babak awal si balita. Begitu selanjutnya hingga si balita
bertumbuh semakin dewasa. Dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan
tingkat tinggi, pasti tidak lepas dari yang namanya persahabatan.
Demikian pula halnya dengan saudara. Terlahir
sebagai manusia, kita pasti punya saudara. Mulai dari saudara kandung, saudara
sepupu hingga saudara jauh dari kakek-nenek. Hubungan saudara tentunya lebih
dekat dari pada seorang sahabat. Hal ini dikarenakan adanya hubungan sedarah.
Amsal Raja Salomo di atas mengajak kita untuk
menjadi “Sahabat” sekaligus menjadi “Saudara”. Sahabat dan Saudara adalah dua
kata yang berbeda, namun terdapat makna dan fungsi yang hampir sama. Beliau
(Raja Salomo) menghendaki kita untuk menjadi Sahabat. Sahabat yang bagaimana?
Bukankah kita manusia tentunya memiliki sahabat? Mulai dari sahabat sejak kecil
hingga dewasa? Memang benar dan adalah baik kalau kita telah memiliki sahabat yang
banyak. Tetapi yang Salomo maksudkan adalah menjadi Sahabat yang “Super”. Super
berarti memiliki cinta. Cinta atau kasih adalah syarat utama untuk menjadi
seorang Sahabat yang Sejati. Jikalau kita belum memiliki cinta dan kasih kita
tidak bisa disebut sahabat sejati. Memiliki kasih setiap waktu adalah hal yang
berat, tapi demikianlah Allah kita menghendaki kita untuk membagikan kasihNya
tersebut kepada orang lain. Untuk dapat membagikan kasih itu adalah dengan
bertemu dulu dengan Sang Kekasih yaitu Tuhan Maha Pencipta dan menerimanya serta
memohon agar kasihNya diberikan pada kita, barulah kita dapat berbagi kasih
pada sesama. Berarti untuk mejadi sahabat diperlukan kasih yang sedia setiap
saat. Mampukah kita? Harus mampu karna itu adalah perintahNya.
Menjadi saudara pun demikian. Memerlukan kasih atau
pengorbanan. Seorang kakak terhadap adik adalah hubungan saudara. Ketika si
adik hendak celaka oleh karena kecerobohannya, maka si kakak harus segera
menolong adiknya tersebut. Kadangkala lewat hubungan persahabatan yang begitu
dekat pun bisa semakin mempererat hingga menjadi seperti hubungan saudara.
Menjadi saudara dikala senang, menikmati sukacita adalah hal yang gampang dan
lumrah ketika kita melakukannya. Tetapi hal yang sulit ketika kita menjadikan
orang lain menjadi saudara adalah ketika saudara kita mengalami kesukaran.
Apakah hati kita rela untuk turut menanggung kesukarannya, atau malah menjauh
darinya? Ini pun juga adalah perintah dari Tuhan kita. Tuhan menghendaki kita
untuk menjadi saudara bagi orang lain, terutama bagi mereka yang mengalami
kesukaran. Kira-kira siapakah mereka? Mereka adalah pemulung, janda miskin,
anak yatim-piatu dan masih banyak lagi kaum papah yang harus kita jadikan
saudara. Jadi syarat untuk menjadi “Saudara” adalah memiliki kerelaan hati
untuk menolong orang yang sedang kesukaran.
Sahabat dan Saudara akan menjadi “panggilan” yang
indah bagi kita asalkan kita telah memiliki syarat di atas dan mau
mengaplikasikannya kepada dunia nyata. Tidak cukup pemikiran-pemikiran yang
hanya transit di otak, tetapi harus keluar dari otak dan menjadi sentuhan yang
menawan berupa kasih bagi orang lain khususnya orang susah tersebut. Ayo kita
dapatkan kedua “gelar” ini dalam kehidupan sosial kita. Adalah sangat indah
ketika kita sudah memper-sahabat dan memper-saudara orang lain selama kita
hidup, dan kelak ketika kita berjumpa dengan Sang Khalik, Dia pun memanggil
kita dengan sebutan “Sahabatku” dan “Saudaraku”.
0 Komentar
Silakan berkomentar!