Oleh: Abhotneo Naibaho
Hari ini tepatnya empat belas Februari hampir seluruh manusia di belahan dunia memperingati hari Valentine. Tentu ragam cara manusia dalam merayakannya. Ada yang mengekspresikannya dalam bentuk ucapan, memberi sebuah coklat, memberikan sekuntum bunga mawar nan semerbak dan banyak lagi cara-cara tersendiri setiap orang.
Tak jauh berbeda dengan apa yang kami alami dalam kebersamaan kami dalam kelompok kecil, kami pun turut merayakannya serta mengekspresikannya dalam bentuk memberi ucapan satu dengan yang lain, serta saling menukar kado diantara kami. Jauh hari kami telah menyepakati bahwa kado yang akan kami persembahkan dengan nilai nominal minimal seharga dua puluh ribu rupiah. Dan ternyata batasan tersebut kami wujudkan dalam pertukaran kado diantara kami. Merupakan hal yang sedikit menegangkan bagi kami dalam menantikan “kira-kira kado apa ya yang akan kudapatkan nantinya?” (kira-kira demikian harapan kami masing-masing).
Aku pribadi berharap akan kado yang kudapatkan nantinya mempunyai keunikan tersendiri serta bermanfaat, sekalipun benda itu kecil dan sederhana. Peristiwa acak kado kami mulai dari pak ketua (Efendi), disusul dengan Edhita dan dilanjutkan oleh Letjend. S Parman (uuupppss maaf – kirain pahlawan revolusi..!!), dan yang terakhir giliran aku dan Erna yang tinggal dua kotak kado yang tersisa. Pada giliran kami berdua, terpaksa aspek keadilan (justice) harus dilakukan. Kami berdua melakukan adu suit untuk mendapatkan kesempatan siapa yang pertama kali yang akan mengambil kado yang tersisa tersebut. Kali ini sebagai pria aku dikalahkan oleh Erna (tak mengapa).
Oleh karena Erna yang menang, maka dengan semangatnya yang berapi-api mengambil kado yang kotaknya lebih besar dan memiliki bungkus kado yang lain dari yang lain (tidak pake Koran bo…… punya siapa tuch??). Maka kado yang terakhir sudah menjadi bagianku tentunya (no choice). Eng-ing-eng……………. Waktu pertanda semua kado akan dibuka oleh kami secara bersamaan. Sungguh mengejutkan!!! Diantara kami ber-lima yang melakukan proses tukaran kado, ternyata hanya satu personil yang mendapatkan kado yang berbeda. Erna mendapatkan sebuah kado yang berisikan sebuah souvenir “tulisan Doa Bapa Kami” untuk di meja. Sementara kami ber-empat sama nasibnya yakni mendapatkan jam waker. Haaaa……haaaa……….. (tertawa lepas) spontan kami ekspresikan oleh karena kami ber-empat senasib dalam mendapatkan kado yang sudah diacak. Kami sedikit kelelahan tertawa oleh peristiwa ini. Maka setelah tawa kami berangsur-angsur reda, kami pun bersehati menyimpulkan bahwa tidak kebetulan kenapa kami bisa senasib mendapatkan kado sejenis.
Sedikit merunut ke belakang, bahwa efektifitas waktu kami berkelompok kecil selama ini jauh dari sempurna. Kami masih sering datang tidak tepat waktu (telat). Kami ditegur lewat peristiwa valentine ini. Kado jam weker seakan sebuah pedang tajam yang mengenai hati kami yang terdalam. Karnanya, di hadapan-Mu Tuhan kami mengaku salah dan minta ampun bahwa kami kurang disiplin selama ini.
Mohon belas kasih-Mu Bapa mengampuni kami dan melayakkan kami. Kami berjanji lewat tanda “jam weker” yang kami terima akan mengingatkan kami untuk semakin disiplin di hadapan sesama kami, terlebih lagi di hadapan-Mu. Terima kasih Bapa kami berdoa dalam nama Yesus Kristus. Lantas bagaimana dengan Erna yang mendapatkan kado yang berbeda dari kami ber-empat? Tentu teguran waktu yang kurang disiplin diperuntukkan bagi kami secara menyeluruh. Namun kalaulah selama ini Erna telah mendisiplin diri dalam hal waktu, kiranya terus ditingkatkan. Kalaupun mau sedikit menyimpulkan diri (seperti yang telah dikatakannya) bahwa kurang berdoa, maka adanya sebuah kado bertulislan “Doa Bapa Kami” boleh semakin dimaknai secara mendalam dalam diri pribadi.
Kami ber-empat dan kita semua kiranya dapat merubah diri agar supaya terus belajar mendisiplin diri dalam hal waktu dan memiliki intensitas jam doa yang tinggi, khususnya memaknai secara mendalam bagaimana Doa yang Tuhan Yesus ajarkan bagi kita para murid-muridNya.
Cara Tuhan menegur kita kali ini meskipun ditandai dengan hal sepele, yakni melalui jam weker dan souvenir yang pasti untuk menjadikan kita semakin berkualitas dan efektif bagi Dia.
Sayang sekali, dua sahabat kami (Rudy & Irma) tidak ikutan dalam peristiwa ini. Alangkah indah dan berbahagianya jikalau momen Valentine ini dapat kami lewatkan bersama (tujuh bintang). Namun apa daya, halangan yang terjadi bagi dua sahabat kami menyebabkan kami hanya ber-lima. Harapan KTB kita, kiranya lewat teguran ini kita semakin menyatu dalam keindahan Kasih Kristus, semakin disiplin dan hendaknya Kasih-Nya senantiasa kita renungkan dan ada di dalam kita (John 3:16, “For God so loVed the world, that he gAve his onLy begottEn SoN, that whosoever believeTh in him should not perIsh, but have everlastiNg lifE.”). Happy Valentine!!









0 Komentar
Silakan berkomentar!