Ilustrasi.
                                     



Oleh: Abhotneo Naibaho



Pada dasarnya manusia adalah kudus. Itu terjadi pada waktu manusia diciptakan oleh sang Kreator yang adalah Allah sendiri. Allah adalah suci-kudus. Oleh karenanya Allah juga menjadikan manusia menjadi mahkluk yang suci seperti halnya dengan Penciptanya. 

Hal ini terbukti dalam kitab Kejadian 1:26a yang berbunyi demikian: Berfimanlah Allah: “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita.” Ini artinya Tuhan menciptakan manusia itu memiliki gambar, karakter maupun sifat Allah itu sendiri. Betapa istimewanya kita sebagai manusia diciptakan, diberikan segala fasilitas yang ada di Taman Eden (The Garden of Eden) pada waktu itu dan otoritas terhadap segala apa yang terdapat dalam taman tersebut kecuali pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. 

Tokoh dalam dispensasi ini adalah Adam, yaitu manusia pertama yang diciptakan oleh Allah. Ternyata Tuhan kita adalah Tuhan yang adil. Dia melihat bahwa tidak baik manusia itu sendirian (Kej 2:18), sekalipun dalam taman tersebut Adam diberikan otoritas penuh atas segala apa yang terdapat didalamnya termasuk dalam menamai segala hewan-hewan yang ada. Maka Allah membuat seorang perempuan sebagai penolong yang sepadan bagi Adam dari tulang rusuknya pada saat ia terlelap dalam tidurnya.

Manusia pada zamannya ini tidaklah seperti apa yang terjadi sekarang ini. Mereka tidak mengenakan busana bahkan benang sehelai pun mereka tidak pakai dan tidak memiliki rasa malu sedikit pun. Mengapa? Itu karena manusia itu masih kudus, suci. Jika demikian berarti mereka tidak lagi hidup kudus? Benar. Mari kita lihat bagaimana kisahnya sehingga mereka (Adam & Hawa) tidak lagi manusia yang kudus. 

Hal ini bermula dari adanya godaan kepada Hawa oleh si Ular. Kita tahu bahwa Ular dalam konteks ini adalah Iblis yang mempunyai tujuan untuk selalu mengacaukan rencana Allah dan lebih jelas lagi tujuanya adalah untuk mencuri, membunuh dan membinasakan (Yoh 10:10). Pada saat perempuan itu (Hawa) sedang sendirian, Iblis mulai menggodanya dengan menunjukkan kepadanya bahwa dalam taman itu terdapat buah yang sangat indah, menarik, elok bahkan mungkin sangatlah enak, meskipun sebelumnya Allah telah berfirman kepada manusia supaya tidak memakannya. 

Tetapi dasar manusia yang lemah, mudah diperdaya dengan segala tipumuslihat si Iblis yaitu dengan cara memutarbalikkan firman Allah. Tetapi dalam hal ini adalah bagaimana Hawa yang mengizinkan perasaannya dengan sasaran godaan tersebut. Setelah si Iblis berhasil menggodanya dengan rayuan mautnya, maka Hawa pun mulai bergerak ke arah pohon tersebut lalu memetik buah tersebut serta memakannya. Setelah itu baru dia menawarkan buah tersebut kepada suami yang sangat dikasihinya yaitu Adam. Tetapi apa yang terjadi setelah mereka berdua menikmati buah yang dilarang oleh Tuhan tersebut? 

Mata mereka dicelikkan/ terbuka dan keduanya pun melihat bahwa mereka telanjang. Sangat berbeda dengan sebelumnya pada waktu mereka belum melanggar ketetapan Tuhan, mereka masih telanjang dan perasaan malu pun tidak ada diantara mereka. Namun setelah mereka menikmati buah terlarang itu keduanya menjadi malu dan mereka pun menyemat daun pohon ara untuk menutupi ketelanjangan mereka. Bukan hanya itu saja yang mereka alami tetapi banyak hal yang mereka alami oleh sebab murka Tuhan terhadap perlakuan mereka.

Setelah mata mereka terbuka, merasa malu oleh ketelanjangannya kemudian daging mereka pun menjadi daging yang penuh dosa, kehilangan kemuliaan Allah, takut, mati secara rohani yang menyebabkan putusnya hubungan mereka dengan Allah, kemudian diusir dari Taman Eden dan mereka pun mendapat kutukan dari sang Penciptanya. Inilah yang menyebabkan seluruh manusia secara universal telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Oleh karena pelanggaran satu orang semua pun berdosa. Apakah manusia itu tadi masuk ke dalam kebinasaan?

Jawabannya tidak. Mengapa? Karena begitu besarnya kasih Allah kepada dunia ini supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Oleh satu orang yang suci/ kudus tanpa dosa sedikit pun yaitu Yesus, orang-orang yang berdosa tadi diselamatkan yang seharusnya menuju kebinasaan.

Oleh pengorbanan-Nya dikayu salib dan darah-Nya tercurah guna menebus kita dari dosa-dosa kita. Karya yang Ia lakukan menguduskan manusia kembali dan sekaligus menjadi perantara kepada Allah Bapa dalam berkomunikasi.