Oleh: Abhotneo Naibaho
Hari ini 21 September, hari dimana negara-negara internasional khususnya negara-negara yang tergabung dalam negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memperingatinya sebagai Hari Perdamaian Internasional pada setiap tahunnya.
Bilakah perdamaian seluruh bangsa itu aka tercipta……??? Adalah hal yang mustahil jika kita manusia mampu memprediksi jauh ke depan bahwa akan ada kelak hari perdamaian dunia dapat tercipta. Antara negara yang satu dengan negara yang lainnya akan saling menopang, menerima kekurangan-kelebihan masing-masing.
Sedikit mereview ke belakang, bahwa sejarah manusia di jaman nabi-nabi, sejatinya manusia adalah memiliki bahasa yang bisa dikatakan berbahasa satu di jamannya. Namun ketika Nimrod hendak membangun sebuah ‘menara keangkuhan’ yang disebutkan dengan ‘Menara Babel’ di tanah Sinear dengan motivasi bahwa membangun gedung atau menara dengan sendirinya, maka akan menyamai penciptanya dan bisa bertemu hingga ke langit paling atas untuk bertemu dengan Pencipta.
Namun upaya si manusia itu harus digagalkan bahkan dikacaubalaukan oleh Penciptanya dengan cara bahwa dalam sekejap bahasa mereka masing-masing dikacaukanbalaukan oleh Tuhan hingga antara yang satu dengan lainnya berbahasa yang berbeda-beda hingga mengakibatkan ketidakmengertian di antara mereka.
Mengutip dari situs mesin pencari seperti wikipedia menjelaskan bahwa Hari Perdamaian Internasional (bahasa Inggris: International Day of Peace), terkadang secara tidak resmi ada yang menyebutnya Hari Perdamaian Dunia (World Peace Day), diperingati setiap tahun pada tanggal 21 September.
Namun peringatan tersebut didedikasikan demi perdamaian dunia, dan secara khusus demi berakhirnya perang dan kekerasan, misalnya yang mungkin disebabkan oleh suatu gencatan senjata sementara di zona pertempuran untuk akses bantuan kemanusiaan.
Hari Perdamaian Internasional pertama kali diperingati tahun 1982, dan dipertahankan oleh banyak negara, kelompok politik, militer, dan masyarakat. Pada tahun 2013, untuk pertama kalinya, hari peringatan ini didedikasikan oleh Sekretaris Jenderal PBB untuk pendidikan perdamaian, sebagai sarana pencegahan yang penting untuk mengurangi peperangan yang berkelanjutan.
Fakta hari-hari ini bahwa ada banyak negara yang terus mengalami konflik seperti; Israel-Palestina, Korea Utara-Korea Selatan, negara-negara di Afrika, bahkan kepentingan akan sumber daya alam seperti minyak menjadi pemicu konflik demi ambisi untuk menguasai pasar global. Jadi, apakah bisa dikatakan dunia ini menjadi tempat perdamaian lagi…?? Bahkan Lembaga sekalier Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) belum terbukti sebagai mediator untuk perdamaian bagi negara-negara yang sedang bertikai saat ini.
Sekadar untuk peringatan atau anjuran agar perdamaian senantiasa dijunjung tinggi adalah mungkin, tetapi tidak ada jaminan bahwa dunia ini akan mengalamai perdamaian yang sejati tanpa adanya pertikaian maupun konflik.
Coba saja kita menengok di bangsa kita sendiri – Indonesia, konflik antar suku, kampung masih kerap terjadi seperti di Papua, Nusa Tenggara dan daerah lain. Belum lagi bagian dari provinsi tanahair ada yang meminta untuk menjadi negara merdeka (lepas dari NKRI) dan gerakan-gerakan teroris yang masih terus berakar hingga ke pedalaman-pedalaman daerah di nusantara.
Aparat penegak hukum memang sedang giat-giatnya bekerja untuk membasmi gerakan-gerakan separatis atau teroris di negeri ini. Namun mengandalkan aparat penegak hukum, tidak lah cukup sampai di situ saja. Dibutuhkan kesiapsiagaan dari setiap elemen masyarakat yang tentunya sosialisasi yang berkelanjutan dari pihak pemerintah bagaimana mengantisipasi jika ada gerakan-gerakan yang tampak mencurigakan di Republik ini.
Dari mimbar keagamaan ada banyak pemuka-pemuka agama menyampaikan kotbahnya untuk bagaimana kesatuan dan persatuan bisa tercipta. Namun tetap saja belum menjadi jaminan untuk umat bisa hidup dalam kedamaian. Malah negara masih saja melakukan pembiaran seperti halnya organisasi yang mengaku Front Pembela Islam (FPI) melakukan hal yang sewenang-wenang dengan aturan main ‘hukum’ mereka sendiri yakni cara-cara yang anarkis.
Negara bukanlah tidak cukup kuat menghadapi gerakan-gerakan kecil yang demikian. Namun pertanyaannya, adakah kemauan yang kuat dari negera untuk menegakkan keadilan guna terciptanya rasa aman dan kedamaian di negeri ini..??
Persoalannya adalah negara masih setengah hati untuk menegakkan aturan perundang-undangan yang ada. Belum lagi adanya pihak-pihak yang berkepentingan menjadi pembecking seperti gerakan FPI bebas dan leluasa menegakkan aturan sendiri dengan dalih mengatasnamakan Tuhan (agama).
Dunia ini bersifat fana atau sementara saja. Oleh karena dunia ini fana, tentu bukanlah tempat dimana perdamaian seutuhnya bisa tercipta dan terlaksana. Mungkin di ‘dunia lain’ kelak seperti ‘Nirwana’ barulah rasa aman, perdamaian yang sesungguhnya bisa tercipta.









0 Komentar
Silakan berkomentar!