![]() |
| Nelli Panjaitan. (Ibu ku) |
Oleh: Abhotneo Naibaho
Seorang wanita sederhana bernama Nelly br. Panjaitan lahir enam puluh empat tahun yang lalu di sebuah desa yang bernama Panambean-Tanjung Pasir, Kabupaten Simalungun. Lahir dan dibesarkan dari keluarga sederhana dari pasangan Panjaitan dan br. Simanjuntak. Ia merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Diantaranya tiga perempuan secara berurutan dan dua yang terakhir anak laki-laki.
Berperan sebagai anak pertama dari lima bersaudara tentu memiliki rasa tanggung jawab yang besar dan harus dapat menjadi teladan bagi adik-adiknya. Di jamannya Nelly mengenyam pendidikan Sekolah Rakyat setara dengan Sekolah Dasar seperti di jaman sekarang. Di samping bersekolah, sehari-harinya ia harus turut serta membantu kedua orang tuanya ke ladang sehabis pulang sekolah. Nelly seorang perempuan yang sedikit pendiam. Namun kepribadiannya terbuka bagi siapa saja yang menjadikannya sahabat maupun saudara. Sehabis menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat, ketika itu masih terjadi pemberontakan PRRI-PERMESTA, maka mereka sekeluarga hijrah ke kota Pematangsiantar. Nelly melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP di kota Pematangsiantar di salah satu sekolah swasta terbaik di jamannya bernama Sekolah Taman Siswa.
Tidak berbeda jauh seperti waktu di bangku Sekolah Rakyat, di sini pun Nelly sebelum berangkat sekolah turut serta membantu orang tuanya di Pasar untuk berdagang sayur-mayur. Hari masih gelap bahkan orang-orang masih banyak yang masih tertidur, ia harus bangun cepat untuk mempersiapkan barang dagangan untuk dijakakan di Pasar. Sekolah sambil berdagang tak membuat semangatnya belajarnya hilang, justru dengan pahit getirnya kehidupan keluarga mereka ketika itu, memacu semangatnya untuk sekolah. Namun sayang, pendidikannya di SMP akhirnya harus terganjal bahkan nyaris berhenti oleh karena faktor ekonomi keluarga yang kurang mencukupi, sementara adik-adik yang di bawahnya harus tetap sekolah. Ia kembali ke kampung kelahirannya untuk kembali bekerja di ladang di bawah asuhan saudara yang masih ada hubungan keluarga.
Singkat cerita Nelly semakin tumbuh dewasa hingga suatu hari bertemu dengan Ferdinan Naibaho. Mereka berkenalan dan Puji Tuhan mereka berjodoh dan menikah. Nelly diboyong oleh Ferdinan ke kota Pematangsiantar menikah di sana serta menetap di kota itu. Mereka dikaruniai oleh Tuhan lima orang anak, diantaranya empat perempuan dan satu laki-laki anak bungsu. Pasangan ini membesarkan anak-anak dengan kasih sayang dan penuh dengan kesederhanaan dengan hidup berdagang. Anak-anak bertumbuh dewasa, mengecap pendidikan tinggi hingga sebagian besar dari mereka sudah menikah dan berumah tangga. Kini Nelly br. Panjaitan memiliki cucu-cucu sebanyak 6 orang.
Panjang umurnya serta mulia! Kalimat tersebut adalah kalimat yang sudah tidak asing lagi bagi setiap orang yang berulang tahun. Hari ini tanggal dua puluh enam bulan april tahun dua ribu sepuluh, adalah hari ulang tahunnya.
Ketika diwawancarai apa-apa saja yang menjadi doa harapannya kepada Tuhan dalam rangka ulang tahun yang ke enam puluh empat, Nelly menjawab kirnya diberikan kesehatan lebih lagi oleh Tuhan, panjang umur, anaknya perempuan yang terakhir cepat dapat jodoh serta hidupnya dipakai oleh Tuhan untuk menjadi berkat baik lewat pelayanan gerejawi maupun dalam kehidupan keseharian.
Siapakah sebenarnya Nelly br. Panjaitan? Dia adalah ibu atau mamak yang telah melahirkan dan membesarkan aku. Aku tidak mungkin dapat membalas segala cinta dan sayangmu kepadaku. Ibuku atau mamak demikian kami menyebutnya dalam dialek khas Siantarman, genap berusia enam puluh empat tahun merupakan suatu berkat panjang umur yang dianugerahkan Tuhan dalam hidupnya.
Mamak…….tanpa mu kami anak-anakmu tidak akan bisa hingga seperti sekarang. Hanya doa ucapan syukur yang bisa kami haturkan kepada Tuhan oleh sebab enkau beroleh umur panjang. Tuhan memberkatimu.









0 Komentar
Silakan berkomentar!