Oleh:
Abhotneo naibaho
Kemacetan di
Jakarta bukanlah sebuah masalah baru lagi di ibukota Jakarta. Masalah ini
adalah cerita lama yang kian hari semakin tak terpecahkan. Bahkan Pemprov. DKI
sendiri tak kuasa dalam mengatasinya. Sekarang ini kita dapat melihat di
jalan-jalan maraknya pembangunan jalur bus way. Juga usaha maupun ide dari
pemerintah inipun disebut-sebut mendatangkan sebuah masalah baru di Jakarta.
Apakah benar
bus way merupakan sebuah masalah baru di Jakarta? Menurut saya tidak. Artinya
janganlah kita cepat-cepat mengatakan bahwa bus way adalah pendatang masalah.
Tapi mari kita masyarakat khususnya di ibukota belajar introspeksi diri. Mari
kita buka mata sejenak lebar-lebar untuk melihat bebek-bebek mesin yang begitu
berjubel memenuhi jalanan bak semut yang berbaris sedang mengantri untuk
makanan. Realitanya adalah produksi sepeda motor sangatlah meningkat.
Sepertinya sudah menjadi keharusan bagi warga Jakarta untuk berkendara roda dua
demi tercapainya mobilitas yang efisien. Untuk memiliki sebuah kendaraan roda dua
terbilang sangatlah gampang dan praktis. Bagaimana tidak, perusahaan leasing
sekarang pun berjamur dalam memasarkan sepeda motor. Proses pengurusannya juga
tidak begitu detail untuk mengetahui apa motivasi dan siapa si calon
konsumennya.
Itu baru
bebek mesin belum lagi ada banyak binatang-binatang mesin yang lebih besar lagi
di jalanan. Diantaranya kuda, kijang, jaguar, phanter dan saudara-saudaranya
yang dimiliki oleh banyak warga Jakarta sebagai alat transportasi. Bila
diperhatikan yang tinggal di sebuah rumah mewah terdiri dari ayah, ibu dan dua
anak dewasa. Mereka memiliki mobil masing-masing untuk dipakai ke kantor maupun
ke kampus. Ini juga masalah.
Persentasi
pertumbuhan kedua jenis binatang mesin ini sangat lah pesat. Tetapi yang cukup
siknifikan diantaranya adalah bebek-bebek mesin (kendaraan roda dua).
Mari kita
sebagai masyarakat Jakarta belajar bijaksana dalam mempertimbangkan banyak hal.
Diantaranya kita belajar untuk menahan nafsu dalam memiliki kendaraan apabila
kita sudah tahu itu semakin memperparah suasana. Jangan kita cuek dengan
situasi kemacetan, polusi dan juga kecelakaan lalu-lintas. Mari kita ciptakan
Jakarta yang hijau dan asri dan satu lagi yang terpenting kita mengingat
kembali slogan ibukota Jakarta; “Teguh Beriman”.









0 Komentar
Silakan berkomentar!