Sun, 17 May 2015
KETIKA BUKU “SI JENDELA DUNIA” MEMBUKA CAKRAWALA BERPIKIR
Ilustrasi Buku
.
Oleh: Abhotneo Naibaho
Siantar, hetanews.com- Menengok ke belakang beratus-ratus tahun yang lalu manusia sudah
mengenal dunia tulisan. Dimulai sejak manusia masih menulis di atas batu, daun
atau media lainnya, kini seiring perdaban manusia ditambah dengan kemajuan
tehnologi, saat ini kita telah mengenal tulisan di atas kertas yang dihasilkan
oleh mesin percetakan yang mumpuni.
Kumpulan beberapa tulisan di atas kertas dinamakan ‘Buku’. Lewat buku kita banyak
belajar dan diajar. Bisa dibayangkan kalau seandainya buku tidak pernah
tercipta, mungkin ada banyak sekali manusia yang hidupnya tanpa arah dan
akibatnya akan malas tanpa mau berbuat sesuatu. Sebagai contoh buku yang hingga
hari ini terus dicetak ulang adalah Kitab Suci. Bisa kita bayangkan seandainya
para Nabi yang hidup di jamannya tidak mencatat ilham atau wahyu yang mereka
dapat dari Allah, lantas bagaimana generasi saat ini bisa mengetahui suara
Tuhan?
Sejak kita kanak-kanak kita telah mengenal apa itu buku. Hal ini
terbukti sejak di Taman Kanak-Kanak (TK) pun hingga ke jenjang yang paling
tinggi, sekolah tempat di mana kita menimba ilmu sudah memfasilitasi kita
dengan buku. Terkadang sepintas memang kita cenderung sedikit remeh dengan
buku. Hal ini mungkin tanpa kita sadari ada saja anak sekolah yang ketika
pulang sekolah setibanya di rumah hanya mencampakkan tas sekolahnya yang
berisikan buku begitu saja ke tempat tidur atau pun almari buku. Padahal dengan
kita menata kembali buku yang sudah kita bawa ke almari buku terlihat susunan
buku yang rapi, maka keinginan membaca buku paling tidak pasti akan muncul.
Sudah barang tentu ada kata benda yakni ‘buku’ pasti ada juga
kata kerja yaitu ‘membaca’. Karena apa artinya sebuah buku sekalipun sampulnya
menawan, judulnya bombastis sekaligus harganya selangit jika tidak pernah
dibaca maka buku hanya sebatas buku (benda mati). Tetapi coba kita bayangkan
apabila benda mati tadi kita hidupi dengan cara membaca, melafalkannya, dan
merenungkannya maka dapat dipastikan akan menjadi buah pemikiran yang akan
menjelma menjadi sebuah isnpirasi. Banyak membaca pasti menjadikan seseorang
berwawasan yang luas. Beda dengan orang yang sedikit membaca wawasannya akan
sempit.
Memperingati Hari Buku Nasional yang jatuh pada tanggal tujuh
belas setiap tahunnya, adalah sesuatu momentum yang harus kita gaungkan terus
budayanya. Karena dari generasi ke generasi akan bermanfaat positif. Dewasa ini
memang ada ratusan bahkan ribuan penerbit telah lahir di bangsa kita dimulai
dari penerbit skala kecil hingga penerbit skala besar. Seperti contoh sebuah
Penerbit besar di bangsa kita menggelar sebuah even atau pesta buku sebagai
wujud kontribusi mereka di bidangnya bagi masyarakat luas. Dengan begitu dapat
dipastikan halayak ramai khususnya para pecinta buku akan mengunjungi pameran
buku tersebut hingga memboyong oleh-oleh buku untuk dibawa pulang.
Budaya membaca buku sudah sepatutnya kita tularkan bagi anak
cucu kita agar supaya kelak mereka dewasa akan melahirkan generasi-generasi
yang kreatif, inovatif, berwawasan luas dan berbudi pekerti. Jim Rohn berkata bahwa “Semua yang kamu butuhkan untuk meraih sukses dan masa depan yang
lebih baik sudah dituliskan. Yang perlu kamu lakukan hanyalah pergi ke
perpustakaan”.
Ironis sekali ketika kita mengamati ada banyak
perpustakaan-perpustakaan milik pemerintah daerah yang mana pengelolaanya tidak
dikelola secara baik. Faktanya persentase masyarakat yang sangat minim untuk
berkunjung ke sebuah Perpustakaan Daerah. Ini sekaligus kritikan yang
konstruktif bagi Pemerintah Daerah supaya mampu mendorong semangat ‘budaya
membaca’ bagi masyarakatnya. Hal ini pun harus diwujudkan dengan ketersediaan
jumlah dan judul buku yang memadai. Up
to date dalam pengadaan buku-buku setiap tahun lewat anggaran belanja
daerah. Dan yang tak kalah pentingnya adalah kenyaman para pembaca saat
menikmati bacaan-bacaan pilihan mereka. Beberapa poin di atas sudah harus dan
wajib dimotori oleh Pemerintah Daerah karena dengan begitu pada akhirnya pasti
akan melahirkan putera-puteri daerah yang akan berwawasan luas ke mana pun
kelak mereka melangkah.
Betapa bermaknanya kehadiran sebuah buku. Betapa indahnya
membaca tulisan-tulisan yang kreatif dan inspiratif. Marilah kita masyarakat
Indonesia dengan memperingati Hari Buku Nasional yang jatuh pada hari ini
kita sisihkan waktu kita sejenak untuk membaca buku kemudian merenung serta mengimplementasikannya
dalam kehidupan keseharian kita. Di rumah, di tempat kerja haruslah kita
ciptakan perpustakaan-perpustakaan mini agar dengan melihat kehadiran buku-buku
pada raknya, kita memiliki kemauan untuk membaca sebuah BUKU.
Abhotneo Naibaho
(Penulis adalah seorang Aktivis dan tinggal di Kota
Pematangsiantar.
dan aktif di beberapa kelompok diskusi buku).
Sumber:
http://www.hetanews.com/article/21104/ketika-buku-si-jendela-dunia-membuka-cakrawala-berpikir









0 Komentar
Silakan berkomentar!